Contoh Cerpen Mini 750-1000 Kata

Hembusan Asap Beracun


 Mentari hangat mulai menyelimuti astmosfer bumi, itu pertanda untukku segera bangun dan bergegas ke sekolah. Dasi biru mulai ku kenakan pada leher ku dan segera merapikan seragamku. Ku mencium lembut tangan kedua orang tua ku seraya mengucapkan salam untuk pergi sekolah.           

 Saat ini aku duduk di bangku SMP kelas 9 dan sebentar lagi aku akan lulus. Tiap hari penaku tiada henti menari nari diatas kertas, Karena aku berusaha lulus dengan nilai yang terbaik. Hingga akhirnya kerja keras ku terbayarkan. Aku Dio setyawan lulus dengan nilai tertinggi di sekolahku.Dan ini merupakan kado indah untuk kedua orang tuaku yang bangga padaku.            

Dan kini, aku menginjakkan kaki di sebuah SMK favorit. Seperti biasa di kala mentari menyapa, aku bergegas menyelimuti tubuhku dengan seragam kebanggan ini.Dasi yang telah berubah warna menjadi abu2, dengan bangga ku kalungkan di leherku. Pagi itu hari pertamaku sebagai murid SMK.“Ibu ayah aku berangkat dulu ya” Pamitku pada mereka.“Iya hati-hati ya nak. Alhamdulillah kamu sekarang sudah besar dan masuk sekolah yang kamu inginkan. Doa ibu dan ayah agar kau kelak menjadi orang yang berguna” kata lembut darinya“Iya bu amin Dio akan berusaha.” Ujarku            

Tibalah kakiku berpijak di SMK ini. Terlihat barisan para siswa yang berdiri kokoh siap untuk memulai harinya. Aku pun mulai melaksanakan LOS dan akhirnya aku resmi menjadi bagian dari sekolah ini.           

 SMK ini memang sekolah Favorit, akan tetapi setiap sekolah pasti ada segelintir tikus kecil yang memberikan pilu pahit di sekolah. Mereka berjumlah 5 orang dikelasku. Sebut saja Amir,Nata,Rizki,Stef dan Ketua mereka Sandy. Mereka tikus pengganggu yang kerjanya Cuma bermalas malasan dan melakukan hal yang dilarang.            

Entah kenapa aku tiba-tiba masuk pada dunia mereka. Aku pintar, tetapi aku tidak pandai untuk berkelahi. Saat itu wajahku berubah merah kebiruan akibat di hantam oleh murid sebelah yang tidak menyukai kepintaranku. Lalu datanglah 5 tikus pengganggu menyelamatkanku dengan menghantam keras orang yang menggangguku tadi.“Hai Dio kamu tidak apa-apa?” Tanya Nata “Iya aku tidak apa-apa makasih ya”Ucapku“ ahh cupu banget lo bro masak sama semut aja kalah”ejek sandy“Mending lo gabung kita aja deh, soalnya lo bakal selalu dihantui oleh mereka”Ajak Rizki            

Entah jarum apa yang merasuki fikiranku hingga aku bersedia menjadi bagian dari mereka.Rasa terima kasihku ternyata menjadi sebuah bom untukku.Selama aku sekolah kemanapun aku selalu bersama mereka. Sosok diriku yang biasanya hanya duduk memegang pena di kelas berbalik total. Aku tiap hari rutin mengelilingi sekolah dengan mereka dan aku menemukan banyak hal keji baru.“Eh bro lu mau ini?” “Kata sandy sambil menunjukkan sebuah rokok“Itu rokok  ya, gamau ah takut kecanduan terus sakit” Kataku dan semua tertawa“Ih lu cupu banget ya, lo bisa lihat kan kita baik2 aja kan. Rokok itu ibarat buku yg  harus kita gunakan” Kata Amir           

 Yah tentunya aku mulai penasaran dan belajar akrab dengan benda itu. Hingga akhirnya aku  tidak bisa lepas dari hembusan kotor itu. Tiap hari hubungan kami ber 6 semakin erat. Aku sudah melupakan harapan kecilku di SMK ini. Aku sudah mahir beradu tinju disekolah dan akupun mulai berani membawa rokok kerumah.Krekk pintu kamar terbuka, “Astaghfirullah Dio kamu merokok?” Kata ibuku terkejut“hehe iya bu dio ngerokok” Kataku dan kemudian ayah datang dan menamparku keras“Dasar anak kurang ajar, kenapa kamu merokok? Kamu gatau itu berbahaya”Marah ayahku“Eh yah suka-suka dio dong, Ini Hidupku! Lagian ngerokok itu gak bahaya itu hanya mitos lama”geramku“Yaallah nak kenapa kamu jadi seperti ini, kamu gatau ibu punya penyakit pernafasan akut. Kalo kamu ngerokok dirumah, entah apa yang terjadi padaku” Ucap sedih ibuTetapi aku tidak menghiraukan ucapan mereka dan aku bergegas pergi main karena amarahku.Dan kawanku dengan santai menyodorkan sebuah minuman haram untuk menenangkanku. Gemerlap dunia remaja seolah telah menutupiku. Tiap  hari aku menyeburkan asap rokok kedalam rumah. Dan aku tidak khawatir dengan batuk ibuku yang tak kunjung sembuh.Hingga suatu hari badai dahsyat menghantamku. Ibuku yang menjadi senderan hidupku, menghembuskan nafasnya karna penyakit tersebut. Air mata turun deras menutupiku. Penyesalan yang pasti menempel di benakku. Untaian harapan kecilku untuk ibu musnah hilang hanya karena sebuah hembusan asap beracun rokok.Masa kejayaan putih abu-abu harapanku musnah sudah karena aku divonis terkena kanker tenggorokan.Dan sekarang aku hanya bisa terkulai lemas dibalik selimut tidurku. Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan. Kilatan kenangan manisku dulu sewaktu SMP selalu terbayang olehku. Rintihan kesedihan hanya bisa terurai dihatiku dikala melihat temanku lainnya sukses mengharumkan nama sekolah dan keluarganya. Dan sebelum aku meninggalkan semua ini, pesanku hanya untuk kaum muda saat ini. Andai mereka merasakan apa yang kurasakan mereka tidak akan mendekati asap beracun itu.


Ingin berubah


          Lengkap sudah keburukan yang sudah dimiliki laki-laki jangkung berkulit putih itu. Semua kebiasaan buruk sudah ia lakukan dan dicobanya. Terutama jadi rampok, jambret, pecandu narkoba, judi, minum-minuman keras, dan main perempuan setiap malam. Akan tetapi laki-laki ini mendadak ingin berubah ketika ia jatuh cinta kepada seorang wanita sholehah. Dia merasa malu ketika melihat gadis itu. Ya, laki-laki itu bernama Andre Bastian. Cowok ini masih tergolong muda. Umurnya baru menginjak 21 tahun. Cowok ini menjadi berandalan sejak kedua orangtuanya kecelakaan di luar kota. Sifatnya menjadi keras kepala, susah diatur, dan bertindak seenaknya sendiri. Andre anak tunggal dari kedua orangtuanya. Andre mendapatkan semua aset warisan dari orangtuanya. Tapi anak ini memang sudah berubah. Semua perusahaan Papanya dijual. Semua barang milik yang diwariskan olehnya habis untuk berjudi dan mabuk-mabukan.

Andre berjalan sambil terhuyung-huyung karena terlalu banyak minum. Ia berjalan ditengah jalan. Semua orang yang berlalu lalang di jalan terheran-heran melihatnya.
"Hei cantik? Sendirian aja nih? Boleh gue temenin nggak?" ucapnya sambil menyentuh dagu cewek yang duduk menunggu angkutan. Serentak cewek itu berdiri.
"Maaf, Mas. Saya buru-buru." kata gadis lalu berdiri meninggalkannya.
Andre menyahut lengannya tanpa ampun.
"Eh, mau kemana non, ikut gue yuk? Pasti enak." ajaknya sedikit merayu.
"Nggak! Saya nggak mau." teriak gadis itu sambil menepis pegangan tangan itu. Karena terlalu keras cengkeraman Andre ke tangannya. Gadis menggigit lengan Andre. Andre mengerang kesakitan. Sedangkan gadis berlari sekeras-kerasnya mencari bantuan.
"Dasar cewek sialan!" umpatnya sambil memegangi lengan yang membekas gigitan gadis itu.

KLONTANG!

Andre menendang kaleng tergeletak di jalan. Tubuhnya semakin kurus, obat-obatan yang ia minum itu sudah menyerang tubuhnya. Matanya cekung, mukanya pucat. Tak ada alasan untuk hidup.

Sesaat mata Andre menangkap sosok wanita yang begitu anggun, manis, sholehah. Mata Andre tak berkedip sekali pun. Bayangannya tertuju pada gadis di seberang sana. 
"Wahai gadis yang mulia. Bolehkah aku mengenalmu?" ucapnya lirih sambil memandangnya.
Andre mengucek-ngucek matanya memastikan gadis masih ada. Dan ternyata gadis itu sudah menghilang. "Oh, tidaaaaakk!" gumamnya dalam hati.
"Siapa gadis itu? Cantik sekali, benar-benar sempurna. Pecfect."

Malam harinya.......

Andre membuka pintu rumah dengan kasar. Dilantai, meja, dan disofa semuanya berceceran sampah bekas berjudi kemaren. Bahkan botol-botol masih tergeletak meja. Andre membanting pantatnya disofa dengan kasar.
"Siapa dia, ya? Anak mana, namanya siapa?" katanya dalam hati.
Rumah Andre tampak tidak terawat. Semua pembantu dirumahnya tidak betah melihat tingkah lakunya yang seperti ini. Toh semua sudah bangkrut. Hanya rumah satu-satunya yang Andre miliki. Rumah itu nampak sunyi senyap. Kedua orangtuanya di alam baka pasti sedih melihat anak laki-laki satu-satu mereka berubah menjadi seperti ini.

Andre menggeletakkan jaketnya di kasur. Anak ini memang jorok. Semua pakaiannya jarang dicuci. Ya maklumlah, anaknya seperti itu.

Pagi ini Andre masih meringkuk di kasur tempat tidur. Ia membuka mata sebentar. Kepala terasa pusing, mungkin karena terlalu banyak minum, mulutnya berbau alkohol. Andre segera bangkit dan mulai pergi keluyuran entah kemana tidak jelas. Yang penting tidak pernah duduk dirumah. Hanya kalau malam tidur dan paginya pergi lagi. Kecuali, teman-teman segengnya main ke rumah dan bersenang-senang di main remi.

"Hah? Itu gadis yang gue liat kemaren." ucapnya sambil memelototi gadis itu takut kehilangan jejak yang kedua kalinya.
Andre berjalan menghampiri gadis itu yang sedang berbelanja di pasar.
"Hai," sapanya malu.
"Iya. Assalamualaikum?" 
Andre tidak bisa menjawab sambutan salam dari gadis itu.
"Nama kamu siapa?" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Gadis itu menolak uluran tangannya.
"Maaf, bukan muhrim. Nama saya Aini."
"Oow, Aini."
"Ya udah saya harus buru-buru pulang. Nanti ibu saya nyariin. Assalamualaikum?"
Lagi-lagi Andre tidak bisa menjawabnya. Ya iyalah, artinya apa juga dia nggak tahu. Maklum anak berandalan kekurangan kasih sayang kedua orangtuanya.

Gadis itu berlalu meninggalkannya. Andre sempat mencuri pandangan kepada gadis itu. Lalu dengan mengendap-endap Andre mengikutinya dari belakang.

"Assalamualaikum Ibu," sapa gadis ketika berada didepan pintu.
Pintu segera dibuka dari dalam.
"Walaikum salam."

"Andre yang memerhatikan hanya garuk-garuk kepala karena bingung.
"As.....sa.....lam.... Mu....mu.....alai.....kum." ucapnya terbata meniru ucapan Aini.
"Apa maksud kata-kata aneh itu? Kenapa gadis sering menyebutnya? Aneh."

*

Pagi-pagi buta ini Aini dikejutkan dengan kedatangan Andre yang sudah nangkring di teras rumah. Aini membuka pintu terkejut melihat penampilan Andre yang awut-awutan.
"Assalamualaikum? Maaf anda siapa, ya?" tanyanya kebingungan.
Andre segera berbalik ke arah Aini. Mulut Aini menganga lebar.
"Astagfirullahal'adzim. Kamu? Ngapain ada di sini?"
"Kamu belum tahu nama gue, kan. Kemaren lo buru-buru pulang sih. Nama gue Andre."
"Astaga, Andre. Ada perlu apa kamu kemari?"
"Gue cuma mau bilang, kalo gue suka sama lo sejak pertama gue liat lo."
"Apa? Nggak mungkin. Bilanglah sayang dan cinta kepadaku hanya karena Allah. Kamu boleh bilang saat kau ingin merubah penampilanmu ini, baru aku akan percaya kata-katamu." ucapnya Aini bijak.
"Oke, aku akan ngebuktiin ke elo kalau gue bener-bener suka sama lo dan gue akan berubah demi mendapatkan cinta lo."
"Maaf, kita bukan muhrim. Silahkan kamu pergi dari sini. Assalamualaikum." potong Aini menutup pintunya.

Andre berbalik dan berjalan menjauh dari rumah itu.

*

Andre berusaha menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang ia lakukan setiap harinya. Bahkan ia sempat nolak ajakan oleh teman-temannya mengkonsumsi ganja, berjudi, minum-minuman, menjabret, ngegodain cewek-cewek di luar, bahkan semua tindikan-tindikan yang memenuhi wajah, hidung, lidah dan telinganya di lepas, tato-tato di badannya bersih dihapus, rambutnya dipangkas dengan rapi, dan cara berpakaiannya di rubah. Andre terlihat punya semangat hidup ketika ia direhap. Sekarang ia sering ikut pengajian di masjid, belajar mengaji bersama Pak ustad, dan menaati peraturan agama. Andre sudah terlihat cowok yang diinginkan Aini. Ia segera menghambur ke rumah gadis pujaan hatinya.

"Assalamualaikum, Aini?" sapanya ketika Aini membukakan pintu untuknya.
Aini melongo melihat. Dilihat dari atas ke bawah.
"Waalaikumsalam. Maaf anda siapa? Ada perlu apa datang kemari?" jawab Aini melihat tak berkedip. Subhanallah......" gumam Aini dalam hati.
"Hei, udah lupa sama aku ya? Aku Andre, sekarang aku datang memenuhi janjiku ke kamu."
"Andre? Cowok yang berandalan itu, menjadi setampan ini?"
"Iya. Aku Andre anak berandalan kemaren yang kenalan sama kamu."
"Astaga. Jadi kamu menempati janjimu ke aku? Alhamdulilah......"
"Gimana sekarang udah percaya kan, kalo aku sudah berubah 100% sesuai keinginanmu? Ingat masih ada satu lagi, aku sekarang bisa mengaji lo." ucap Andre sumringah.
"Benarkah? Subhanallah. Makasih kamu udah menuruti apa yang aku inginkan."
"Sekarang kamu percaya sama aku kan, kalo aku sangat cinta dan sayang kamu?"

Aini mesem-mesem ketika tangan Andre memegang kedua tangannya.

"Siapa Ni, kok nggak disuruh masuk?" seru Ibu Aini keluar pintu.
"Astagfirullahal'adzim. Apa yang kalian lakukan?" ucapnya panik.
"Maaf, Bu. Saya mencintai anak Ibu, dan saya bisa berubah menjadi seperti karna perintah anak Ibu."
"Benarkan itu, Aini?" tanya Ibu Aini sambil memandang penuh arti.
"Benar Ibu."
"Aini, maukah kamu jadi istriku?"
Aini menoleh kepada Ibunya seolah meminta dukungan.

Andre berlutut di bawah Ibu Aini. Aini menganga ketika melihatnya.
"Bu, Ibu merestui hubungan kami, kan?"
"Berdirilah, Nak. Kalau Ibu merestui, semua keputusan ada di tangan Aini."
Andre kembali memandang Aini penuh harap.
"Gimana? Kamu mau, kan?"
Aini mengangguk.
"Mau."
"Alhamdulilah......" Andre bersujud bersyukur atas nikmatnya dari Allah.
-END-


by : Aditya Pramudita

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer